Menu

Mode Gelap

Entertaintment · 16 Apr 2025

Kepemimpinan Digital Sebagai Bentuk Transformasi Pelayanan Publik Serta Membangun Kepercayaan Masyarakat


					Foto : Dwi Syifa Karimah Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang Perbesar

Foto : Dwi Syifa Karimah Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang

SUMENEP, NETSATU.COM,- Di era revolusi digital saat ini, menjadi seorang pemimpin tentu tidak hanya bergantung pada kemampuan administratif atau birokratis saja. Pemimpin harus mampu memanfaatkan dan mengadopsi teknologi informasi untuk meningkatkan pelayanan publik dan memperkuat hubungan masyarakat, terlebih lagi pemimpin di suatu pemerintahan di daerah.

Kepemimpinan digital merupakan menjadi salah satu solusi untuk tuntutan zaman disaat keterbukaan, kecepatan, dan transparansi sangat penting untuk membangun kepercayaan publik di mata masyarakat.

Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut, sosok pemimpin tersebut bukan hanya mampu merespon aspirasi warga secara cepat, tetapi juga menunjukkan komitmen mereka terhadap tata kelola pemerintahan yang lebih modern dan partisipatif.

Berbagai inovasi yang ada di sebuah organisasi pemerintahan seperti penggunaan aplikasi pelayanan, sistem pengaduan online, dan penggunaan media sosial dijadikan sebagai alat komunikasi dua arah antara pemerintah dan juga warga.

Hal tersebut merupakan contoh transformasi pelayanan publik melalui teknologi digital. Selain mengurangi birokrasi yang rumit, hal tersebut menghasilkan ekosistem pelayanan yang lebih efektif dan inklusif.

Masyarakat merasa lebih dihargai dan terlibat karena kepemimpinan digital menempatkan mereka di pusat pelayanan daripada hanya objek kebijakan semata. Masyarakat kini menuntut akses informasi yang cepat, transparansi dalam kebijakan, serta respon yang tanggap terhadap kebutuhan mereka. Dalam konteks inilah, media sosial muncul sebagai alat strategis yang dapat dimanfaatkan oleh para pemimpin daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Sejumlah tokoh di Indonesia mulai dari presiden hingga dengan Kepala/Wakil kepala daerah yang tersebar di berbagai tempat telah memanfaatkan platform digital tersebut sebagai bagian integral dari gaya kepemimpinan mereka, dengan adanya platform tersebut menjadikan media sosial bukan sekadar sarana komunikasi, melainkan ruang keterlibatan publik yang aktif dan juga dinamis. Misalnya sebagai contoh, Sejak menjabat, Presiden Prabowo menunjukkan gaya komunikasi yang lugas, patriotik, namun juga semakin adaptif terhadap perkembangan zaman. Melalui media sosial seperti Instagram, Twitter, dan YouTube, Presiden menyampaikan berbagai pesan kenegaraan, dokumentasi kegiatan resmi, serta refleksi pribadi mengenai nilai-nilai kepemimpinan, nasionalisme, dan kedaulatan bangsa.

Presiden Prabowo Subianto, sebagai pemimpin Indonesia menyadari pentingnya media sosial sebagai instrumen untuk memperkuat hubungan antara pemerintah dan juga rakyat.

Fenomena tersebut juga terjadi di tingkat lokal, seperti Dedi Mulyadi merupakan salah satu contoh nyata pemimpin yang berhasil memanfaatkan media sosial sebagai jembatan komunikasi dengan rakyat.

Sosok yang akrab disapa “Kang Dedi” ini dikenal luas bukan hanya karena kebijakannya di dunia nyata, tetapi juga karena kehadirannya yang konsisten, menyentuh, dan membumi di dunia maya. Melalui platform seperti YouTube, dan TikTok, Kang Dedi menampilkan wajah kepemimpinan yang humanis, merakyat, dan penuh empati terhadap persoalan-persoalan kecil yang sering luput dari perhatian pejabat publik lainnya.

Hal Yang membuat kepemimpinan Kang Dedi unik adalah kemampuannya mengangkat suara rakyat kecil ke panggung nasional melalui media sosial. Cara ini menciptakan bentuk pelayanan publik yang personal, cepat, dan penuh sentuhan empati, jauh dari kesan birokratis dan kaku. Terlebih lagi, Kepemimpinan digital Kang Dedi Mulyadi kembali menjadi sorotan publik baru-baru ini setelah kebijakan pembebasan tunggakan pajak kendaraan bermotor di Jawa Barat viral di media sosial.

Salah satu tokoh wakil walikota yang giat menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi kepada masyarakatnya dan contoh nyata kepemimpinan digital adalah Bapak Armuji atau yang biasa disapa dengan “cakji”. Cak Armuji sebagai Wakil Wali Kota Surabaya baru-baru ini juga menjadi sorotan publik berkat pendekatan kepemimpinan digitalnya yang unik dan dekat dengan masyarakat. Melalui akun TikTok resminya, @cakj1, ia aktif membagikan aktivitasnya, termasuk sidak ke perusahaan dan menanggapi laporan warga. Salah satu contohnya adalah tindak lanjut terhadap laporan penahanan ijazah oleh perusahaan, yang diunggah di TikTok dan mendapatkan respons luas dari masyarakat.

Bapak Armuji juga sering melakukan sidak dan juga memediasi konflik antar warganya yang sedang terjadi selisih paham. Dengan fenomena tersebut, Bapak Armuji berhasil menggunakan media sosial sebagai platform untuk bisa dekat dengan masyarakat.

Fenomena kepemimpinan digital juga bisa kita lihat Pasca-retret di Magelang. Instagram, Twitter, hingga TikTok mulai dipenuhi unggahan dari para bupati, wali kota, hingga gubernur baru. Ada yang membagikan aktivitas harian mereka, seperti sidak ke pasar tradisional, menerima aduan masyarakat, hingga proses pengambilan keputusan di ruang rapat. Tak sedikit pula yang mulai rutin membuat konten edukatif seputar layanan publik, pengumuman kebijakan, dan transparansi anggaran daerah.

Meskipun kepemimpinan digital membawa banyak dampak kemajuan dalam hal transparansi, komunikasi langsung, dan aksesibilitas, namun pendekatan ini juga tidak lepas dari berbagai kekurangan.

Salah satu tantangan utamanya dalam kepemimpinan digital adalah resiko pencitraan yang berlebihan, di mana pemimpin lebih fokus pada membangun citra melalui media sosial dibandingkan dengan substansi kebijakan atau kualitas pelayanan publik.

Hal ini dapat menciptakan kesan bahwa kinerja diukur dari seberapa viral sebuah unggahan, bukan dari hasil nyata di lapangan, hingga pada akhirnya,kepemimpinan digital bukan hanya sekadar tren saja, melainkan kebutuhan mutlak untuk menjawab tantangan perkembangan zaman.

Kepemimpinan digital dianggap menjadi jembatan antara pemerintah dan rakyat dalam membangun kepercayaan, transparansi, dan pelayanan publik yang lebih baik.

Dengan digitalisasi yang inklusif dan kepemimpinan yang progresif, masa depan pemerintahan yang lebih partisipatif dan responsif bukan lagi sekadar harapan, melainkan kenyataan yang sedang dibangun hari demi hari untuk membangun kepercayaan masyarakat kepada pemerintah itu sendiri.

 

Opini by ;

Dwi Syifa Karimah

(Red/Dav)

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Publisher

Baca Lainnya

Lucu ! ijin Andalalin Belum Keluar, Usaha Mie Gacoan Sumenep Tetap Beroperasional 

1 Mei 2025 - 05:04

Foto ; Usaha Mie Gacoan Sumenep Lokasi Di Jalan Trunojoyo Kolor Sumenep Madura

Kepala Bappeda Sumenep Tegaskan Penyempurnaan RKPD 2026 Dan RPJMD 2025-2029

29 April 2025 - 14:51

Badan Eksekutif Mahasiswa FT Unija Madura Gelar Aksi Sosial

27 April 2025 - 12:00

Usai Libur Idul Fitri 1446 H, Pemkab Sumenep Gelar Apel Gabungan Dan Halal Bihalal Di Halaman kantor Bupati 

22 April 2025 - 03:05

Pasca Lebaran, Bupati Sumenep Tegaskan Kepada ASN Dan Non ASN Untuk Tingkat Kinerja Pelayanan 

22 April 2025 - 02:50

KAMRA 1999 Kabupaten Sumenep Gelar Reuni Akbar Dan Santunan Anak Yatim Piatu

16 April 2025 - 07:00

Foto : Moh.Bahar, SE.,MM Ketua KAMRA Kabupaten Sumenep
Trending di NEWS Netsatu.com

Sorry. No data so far.